AGENDA SEKOLAH & INFORMASI TERKINI (UPDATE) :

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
>> (29 Nopember 2014) : Kegiatan Ulangan Semester Ganjil Tahunb Pelajaran 2014/2015 dimulai hari Senin s.d. Rabu, tanggal 01-10 Desember 2014, mohon kesiapan materi dan penunjang lainnya. Semoga sukses selalu
>> (08 Desember 2014) : Agenda OSIS-PK, terkait kegiatan Classmeeting akan diselenggarakan besok pada hari Sabtu, Senin s.d. Jum'at tangal 13, 15-19 Desember 2014 di Lokasi dan sekitar SMA Wahid Hasyim Tersono, mohon dukungan dan partisipasinya, semoga LANCAR dan SUKSES
>> (08 Desember 2014) : Foto Bersama kelas XII untuk persiapan Ujian Nasional akan dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 04 Januari 2014 dan untuk lokasi pemotretan di Lian Khay - Pekalongan dengan kegiatan selanjutnya diikuti Ziarah, semoga berjalan dengan lancar dan aman
>> (08 Desember 2014) : Penerimaan Laporan Capaian Kompetensi Peserta Didik (Raport) untuk Semester Ganjil ini akan dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 20 Desember 2014. Semoga hasilnya memuaskan
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

PROFIL DAN PERJUANGAN RA. KARTINI (21 April)

Siapa yang tidak kenal Raden Adjeng Kartini atau yang sering disebut R. A. Kartini. Beliau merupakan seorang pahlawan nasional yang dikenal karena jasa – jasanya dalam memperjuangkan hak – hak kaum wanita yang kemudian disebut emansipasi wanita. RA. Kartini lahir di Jepara, Jawa tengah pada tanggal 21 April 1879. Raden Ajeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Kartini beragama Islam. Bapaknya adalah Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, Bupati Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI. Ibunya bernama M.A. Ngasirah. Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar Bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.

Potret studio R.A. Kartini kecil
dengan orangtua dan
saudara-saudaranya. (foto 1890-an).
RA Kartini menikah pada 12 November 1903 dengan Bupati Rembang ke-7 Djojo Adiningrat. 13 September 1904, ia melahirkan anak yang diberi nama Singgih/ RM Soesalit. 4 hari setelah melahirkan, RA Kartini wafat pada 17 September 1904 di Rembang. Kartini wafat pada usia 25 tahun. Posisi saat RA Kartini meninggal atau menghembuskan nafasnya terakhir yaitu berada di pangkuan suaminya (ini menurut pengakuan para abdi dalem yang ada saat peristiwa itu).

Makam RA Kartini terletak di Desa Bulu, 17 km dari kota Rembang, berbentuk pesanggrahan dengan cungkup atap berbentuk joglo, di sanalah RA Kartini bersama suaminya bupati Djojo Adiningrat serta putranya disemayamkan. Nama R.A Kartini diabadikan sebagai nama empat jalan raya di Belanda: Kota Amsterdam, Utretch, Veerlo, dan kota Harleem. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.

Kartini dan suaminya (1903).
R.A. Kartini tidak suka dipanggil Raden Ayu, dia lebih suka dipanggil “Katini” saja. Hal ini diketahui saat ayahnya pertama kali memberinya gelar Raden Ayu sesaat setelah dia pulang sekolah. Setelah pemberian gelar itu dia terus memikirkan dua kata itu, dia pandang lingkungannya, dan terantuklah mata batinnya pada kenyataan, betapa banyak Raden Ayu di sekelilingnya. Dan diam-diam, Kartini mempelajari, apa Raden Ayu itu sesungguhnya. Dan akhirnya dia tahu, Raden Ayu adalah status yang tak layak dibanggakan, sehingga dia pun tak mau memakai gelar itu.

Kartini adalah seorang kutu buku, penulis, istri yang setia, pejuang dan peduli nasib miris kaumnya. Inilah potret zamannya, buta huruf, terbelakang, terhimpit, dan terpenjara oleh oleh feodalisme, oleh sebuah kultur yang tidak berpihak kepada perempuan. Semasa hidupnya, Kartini sering menulis dan berkirim surat kepada rekan-rekannya di Belanda termasuk Snouck Hurgronje. Tahun 1911, Mr. JH. Abendanon (semacam Kepala Dinas Pendidikan saat itu) menerbitkan kumpulan surat-surat R.A Kartini dengan judul Door Duisternis tot Lich. Kemudian terbit juga edisi Bahasa Inggrisnya dengan judul Letters of a Javaness Princess.

Sekolah Kartini (1918).
Tahun 1922, terbit terjemahan dalam Bahasa Indonesia dengan judul ”Habis Gelap Terbitlah Terang“: Boeah Pikiran. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pustaka oleh sastrawan Pujangga Baru Armijn Pane.
Karena jasa – jasanya, akhirnya melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, Presiden Soekarno menetapkan RA Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April sebagai hari peringatan yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.
WR. Soepratman menciptakan lagu "Ibu Kita Kartini", begini syairnya:

Ibu kita Kartini,
Putri sejati,
Putri Indonesia,
Harum namanya
Ibu kita Kartini,
Pendekar bangsa,
Pendekar kaumnya,
Untuk merdeka.

Wahai Ibu Kita Kartini
Putri Yang Mulia
Sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia.

Majalah KARTINI adalah majalah wanita yang diterbitkan oleh Lukman Umar, terbit mulai tahun 1974. Kartini (paling kiri) dan saudarinya: Kardinah dan Roekmini. Repro negatif potret Raden Ajeng Kartini (foto 1890-an). Potret yang bertanda tangan. 


Nama Lengkap: Raden Ajeng Kartini
Alias: R.A Kartini | Kartini
Tanggal Lahir: Jepara 21 April 1879
Tempat Lahir: Jepara, Jawa Tengah
Ayah: Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat
Ibu: M.A Ngasirah
Suami: K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat
Anak: Raden Mas Soesalit
Wafat: 17 september 1904

Biografi
Raden Adjeng Kartiniatau Raden Ayu Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah pada 21 April 1879 – meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
artini (paling kiri) dan saudarinya:
Kardinah dan Roekmini.
Anak ke-5 dari 11 bersaudara ini adalah sosok wanita yang sangat antusias dengan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Kartini sangat gemar membaca dan menulis, tapi orang tuanya mengharuskan Kartini menimba ilmu hanya sampai sekolah dasar karena harus dipingit. Karena tekad bulat kartini untuk mencapai cita citanya, Kartini mulai mengembangkan dengan belajar menulis dan membaca bersama teman sesama perempuannya, saat itu juga Kartini juga belajar bahasa Belanda. Semangat Karyini tidak pernah padam, dengan rasa keingintahuan yang sangat besar, ia ingin selalu membaca surat surat kabar, buku buku dan majalah eropa dari situlah terlintas ide untuk memajukan wanita wanita Indonesia dari segala keterbelakangan. 

Ayah Kartini, Raden Mas
Adipati Ario Sosroningrat.
Karena kemampuannya berbahasa Belanda, Kartini juga seringkali melakukan surat menyurat dengan korespondensi dari Belanda. Sempat terjadi surat menyurat antara Kartini dan Mr.J.H Abendanon untuk pengajuan beasiswa di negeri Belanda, tetapi semua itu tidak pernah terjadi karena Kartini harus menikah pada 12 November 1903 dengan Raden Adipati Joyodiningrat yang pernah menikah 3 kali. 

Perjuangan Kartini tidak berhenti setelah menikah, Kartini memiliki suami yang selalu mendukung akan cita citanya untuk memperjuangkan pendidikan dan martabat kaum perempuan, dari situlah Kartini mulai memperjuangkan untuk didirikannya sekolah Kartini pada tahun 1912 di Semarang. Pendirian sekolah wanita tersebut berlanjut di Surabaya, Jogjakarta, Malang, Madiun, Cirebon. Sekolah kartini didirikan oleh yayasan kartini, adapun yayasan Kartini sendiri didirikan oleh keluarga Van Deventer dan Tokoh Politik etis. Kartini meninggal Selang beberapa hari setelah melahirkan anak pertama bernama R.M Soesalit pada 13 September 1904, tepatnya 4 hari setelah kelahiran R.M Soesalit, saat itu usia Kartini masih berusia 25 tahun. Setelah kematian Kartini, seorang Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda Mr.J.H Abendanon mulai membukukan surat menyurat kartini dengan teman temannya di eropa dengan judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”. 

Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya. Ide-ide besarnya telah mampu mengilhami perjuangan kaum perempuan dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus, Katini mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi.

Sumber :

Tidak ada komentar:

dedicated by :

KEY REG PDSS-SNMPTN 2015

TENAGA PENDIDIK & KEPEND.

TENAGA PENDIDIK & KEPEND.

PENGUNJUNG (TAMU)

Anda Pengunjung Kami yang ke :
blog counter
Silahkan Isi Buku Tamu

Agenda Kegiatan

Sponsor